Monday, November 26, 2007

Logika Hidupku

Hidup ternyata memang penuh teka-teki. Sulit sekali untuk mencerna apa yang terjadi dalam hidup, baik itu masa lalu, masa kini, apalagi masa mendatang. Saat kondisi sedang kurasa sangat baik, tiba-tiba muncul cobaan. Satu persatu orang yang sayang dan dekat harus secepat itu dipanggil yang Kuasa.
Karena yang kuasa itu yang berkehendak, lantas ga ada lagi yang bisa kutolak. Bahkan untuk diriku sendiri, ku tidak bisa menolak. Sekedar berkelit sedikitpun tidak bisa.
Dasar, karena yang Kuasa juga yang berkehendak, sulit juga mengiyakan apa yang terjadi di depan mata. Merasionalisasikannya, bukan hanya mengiyakan dengan akal sehat. Terkadang analogi bahwa makhluk seperti manusia hanya hamba yang seperti miniatur catur yang dengan seenaknya menghacurkan pertahanan pion serta menumbangkan sang raja membuat aku muak. Muak dengan hidup yang penuh dengan logika terbalik yang tidak cepat aku mengerti.
Lantas sampai pada posisi kebimbanganku bahwa cobaan dalam hidup itu, apakah iya memang sebagai proses penguatan kapasitasku sebagai hambanya atau justru bentuk kebencian dan hukumannya atas apa yang aku perbuat selama ini...
Atau memang harusku meniadakan tuhan dalam kepala dan hatiku supaya aku lebih tenang dan menerima proses hidup ini murni sebagai proses dialektika hidup atau justru menanamkan lebih dalam lagi bahwa tuhan itu kuasa tunggal yang tidak terbantahkan sehingga hidup dan mati sekalipun menjadi wujud eksistensinya.
Entahlah..

Wednesday, November 14, 2007

God, what should I do?

I can't focus on anything...
I can't think anything...
I can't feel happy, while she's not here anymore
I can't fulfill my life with colours

Tuesday, November 13, 2007

Selamat Jalan Kekasihku..


Setelah sekian lama kau berjuang
Setelah sekian lama juga kau berusaha mengerti hidup
Setelah sekian lama juga kau menjadi kekasihku
Setelah sekian lama kau mengeluh akan penyakitmu

Kini, tuhan telah memanggilmu
Memanggilmu kepelukan-Nya
Merasakan cinta kasih-Nya
Yang lebih abadi dari cintaku
Cinta keluargamu
Cinta Sahabatmu

Hanya doa yang bisa kupanjatkan pada-Nya untukmu
Doa semoga kau bahagia selalu di sisi-Nya

Kemarin, ku lihat senyum indah di wajahmu
Senyum yang bahkan tidak aku pernah lihat selama ini
Senyum kebahagiaan...

Ku yakin, bahwa surgalah balasannya untukmu
Ku yakin, akan kebahagiaan kekal yang kamu dapatkan saat ini
Ku yakin, juga kau bertemu dengan bundaku
Bercerita tentang hidup kita selama ini
Bercerita tentang pertengkaran kita selama ini
Bercerita tentang tangis dan tawa kita selama ini
Bercerita tentang masa indah kita bersama
Dengan bundaku, kandamu, dan orang-orang yang mencintaimu

Selamat jalan kasihku
Doaku selalu bersamamu
Damailah selalu disisi-Nya
Anita Fauziah (25 November 1982 - 12 November 2007)

Thursday, November 8, 2007

Ekologi dan Kemanusiaan

Awalnya yang gw pahami dari ekologi adalah hanya sebatas lingkungan hidup. Hubungan dan interaksi lingkungan dengan makluk hidupnya seperti hewan yang berada di hutan, dia berinteraksi dalam satu ekosistem yang menurut gw itu lingkungan hidup. Tapi ternyata pemahaman itu jelas berbeda dengan definisi ekologi yang umum. Ekologi tidak hanya terbatas pada lingkungan hidup, tetapi ekologi justru menjadi satu kesatuan dan menjadi pengait antar ekosistem, makanya kemudian banyak muncul pemahaman ekologi dalam multi bidang seperti ekologi politik, ekologi industri, ekologi pertanian, hingga ekologi manusia.

Nah, apa itu ekologi manusia? Tentunya menjadi sangat menarik karena ada dua hal yang muncul dari istilah ini yaitu ekologi itu sendiri dan manusia yang gw pikir itu sebagai objeknya. Awal pemahaman gw terhadap ekologi manusia, dan mudah-mudahan terus berkembang nantinya adalah bagaimana manusia dapat memahami interaksi antara ekosistem. Tidak menjadi makhluk yang antroposentris, yang merasa egois bahwa dia adalah makhluk yang tidak ada bandingannya dan berhak menjadi penguasa alam sepenuhnya.

Manusia harus mulai mengenal, bahkan merubah pemahamannya bahwa dia harus menjadi makhluk yang ekosentris. Yang mengerti bahwa manusia merupakan bagian dari alam sehingga apabila dia merusak alam maka dengan sendirinya dia akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Apa yang dihasilkan dari alam sebagai barang atau produk lainnya bukan hanya karena inovasi dan kreativitas dari manusia itu sendiri tetapi lebih pada kontribusi alam bagi kelangsungan hidup manusia serta kehidupan alam itu sendiri.

Meskipun pemahaman ini masih sangat dangkal, gw menyadari itu, dan berusaha nantinya akan lebih mengerti apa itu ekologi. Lewat media ini, semoga bisa gw share berbagai informasi dan pengetahuan yang gw peroleh. Semoga

Friday, November 2, 2007

Menyoal Sikap dan Perilaku

Istilah sikap merujuk pada evaluasi terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial dan objek (Fazio & Roskos-Edwolson, 1994; Tesser & Martin, 1996). Sikap tersebut lantas menjadi salah satu ukuran kita melihat bagaimana nantinya individu tersebu berperilaku meskipun terkadang banyak individu yang bersikap ambivalen atau gampangnya tidak bersikap tegas terhadap apapun yang dihadapinya. Fenomena sikap yang ambivalen ini bisa menyebabkan individu mengikuti ritme orang yang menjadi rujukannya atau justru bertolak belakang dengan rujukannya entah apapun itu bentuknya.
Penulis melihat ambivalensi ini terkadang bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan terutama bagi misalnya, politikus, agamawan atau orang yang mengklaim dirinya sebagai agamawan sehingga orang lain yang menjadi pengikutnya bisa dengan mudah dipengaruhi sikapnya dan mengikuti jejak langkah mereka. Contoh yang paling mudah adalah ketika kekerasan muncul sebagai bentuk penolakan terhadap aliran Al-Qiyadah, bisa jadi masyarakat berada pada sikap yang ambivalen antara membakar dan menyerbu markas Al-Qiyadah atau dapat bermusyawarah secara arif. Tetapi nyatanya mereka justru bertindak anarkis dan brutal dan jauh dari klaim ketimuran yang mencerminkan budaya ramah dan kearifan.
Bisa jadi para pemuka agama seperti MUI mempunyai peran besar dalam merubah sikap masyarakat karena terkadang bentuk penerimaan informasi yang tidak utuh menjadi salah satu sebab kenapa masyarakat dapat bertindak melampaui batas humanis.
Seharusnya, sebagai makhluk sosial, siapapun itu bisa mencerna lebih dahulu informasi yang mereka terima yang kemudian dicoba di proses dan akhirnya dapat melahirkan perilaku dan tindakan yang pantas, tidak arogan dan lainnya. Alangkah indahnya kehidupan ini bila semua bisa memahami perbedaan melalui proses diskursus yang arif sehingga nantinya melahirkan masyarakat yang termaktub dalam Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Semoga..